hari ini gw merasa beruntung banget masih dapat hidup berkecukupan, masih bisa sekolah, dan gw merasa menyesal udah pernah merasa hidup gw ga beruntung, membosankan dan bla bla bla nya. kenapa? hari ini gw meneropong sendiri suatu pengalaman yang menyadarkan gw.
kamis, 21 mei 2009. hari ini pulang sekolah gw dan seluruh angkatan 21 dan 22 berkumpul di aula seminari untuk mengikuti forum MOS XXIII, yah cukup membuat gw lapar, tapi emang yang kayak gini patut disimak juga demi kelanjutan kehidupan komunitas gonzaga. forum ini selesai sekitar pukul 13.30, kebetulan gw dan virgine duduk di bagian belakang, otomatis kami yang ada di baris paling depan keluar sekolah haha. berdua kami mampir dulu ke tukang fotocopy untuk meng-copy catatan pkn dan sejarah, sehabis itu makan di bakmi tugu. selesai makan kami langsung mencegat angkot S11 menuju perempatan republika. disana kami menunggu bus p20, tak lama kami sudah duduk di bangku dalam p20. saat masuk kami melihat seorang pengamen pria. jelek suaranya, begitu pikir gw. nadanya datar, memainkan gitar serampangan pula. ketika selesai menyayi ia berjalan menyusuri bus untuk mengumpulkan uang, dari yang kulihat hanya seorang ibu-ibu yang memberinya uang, yang lainnya? cuek bebek. gw juga tidak memberi? yah gak puas dengan penampilannya.
sampai di depan trakindo, masuk lagi seorang pengamen, ia wanita. berparas baik, begitu kesan pertama gw. memakai baju merah, dan perutnya terlihat besar. kemudian ia menyanyikan lagu Demi Cinta - Kerispatih. lumayan bagus suaranya, rendah dan mengalun pelan. lebih baik dari pengamen yang satunya, menurut gw.
ketika akan memasuki jalan tol, ia diserobot oleh kenek bus, kenek bus itu ingin menutup pintu bus, tapi menutup dengan setengah hati! hanya membuka kunci pintu dan mendorongnya, pintu hanya menutup setengah! kenek apa itu? tapi kakak pengamen tadi, kemudian melepaskan tangannya dari permainan gitarnya yang sedang mengalun dan menyempatkan diri menutup pintu dengan benar. terkesima, itu kesan gw.
gw kira semua pengamen sama, hanya asal genjrang genjreng doang asal dapat duit, main serobot main todong minta uang. tapi yang ini beda. setelah gw perhatikan dan gw bicarakan dengan virgine, gw sadar, dia hamil! perutnya besar bukan karena dia gendut, karena paras mukanya tidak gemuk dan bentuk perutnya menunjukkan kalau ada satu lehidupan lagi disana.
setelah ia selesai menyanyi, gw langsung mengambil selembar seribu rupiah untuknya. tidak cuma gw, semua penumpang bus pun mengeluarkan uang untuk kakak pengamen itu, semua sependapat denganku. lebih berarti memberinya uang daripada kepada pengamen sebelumnya.
gw berpikir, kasihan memang. ia sedang hamil, tetapi tetap mencari uang dengan mengamen, kenapa? masih banyak yang bisa ia lakukan selain mengamen. kenapa juga harus dia? kemana suaminya? mungkin bukan cuma itu pertanyaan yang ingin gw tanyakan kalau seandainya gw bisa berbicara dengannya.
sekarang yang bisa gw refleksikan hanyalah, betapa beruntungnya gw. tidak harus mengamen untuk sekolah. mungkin saja kakak itu masih sekolah, tetapi sudah hamil dan harus mencari uang sendiri. betapa beruntungnya gw masih dapat mengeluarkan uang bahkan untuk menulis blog ini, kasihan kakak itu mungkin dengan satu lagu di satu bus, uangnya hanya bisa ia gunakan untuk makan.
hanya bisa mengasihani, mungkin itu yang selama ini kita lakukan.
masih banyak contoh kehidupan lain yang pernah gw alami, mungkin kalian juga bisa belajar kalau sekali sekali berkunjung ke Sanggar Akar. (lihat alamatnya di link)
banyak pengalaman berharga disana, seperti kakak pengamen yang hari ini gw temui.
God bless you.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar